Monday, October 8, 2012

Gerakan Protes Sartono Kartodirdjo III

Dari penjabaran empat tipe gerakan protes dalam buku Sartono, asosiasi pemimpin sebagai Imam Mahdi dan kemunculan Ratu Adil berkelindan dalam setiap gerakan protes yang terjadi. Ini misalnya tampak pada gerakan Tjiomas (h.31-2) atau Sarekat Islam lokal. Selain itu, yang tak kalah menarik adalah keberadaan gerakan Igama-Jawa Pasundan dan Sarekat Elmu. Dua gerakan ini memiliki perbedaan yang jelas dengan gerakan sekte atau tarekat Islam seperti Budiah, yang terkait dengan tarekat Islam, seperti Naqshbandiyah-Kidiriyah (h. 118).

Dari segi nama, Jawa-Pasundan, sekte ini tampaknya hendak menyatukan dua etnis pulau Jawa yang kemudian dihadapkan pada ortodoksi Islam yang dianggap menghancurkan kejayaan tradisi Jawa-Pasundan. Ada kemungkinan sekte ini didukung pemerintah kolonial Belanda. Ini dapat dibuktikan dengan pernyataan atau credo sekte mereka; bersetia [ada Seri maha Baginda Ratu Gouvernement Blanda (h. 129). Selain sekte ini, kelompok gerakan anti-Islam ini juga terdapat Hardapusara yang dipimpin Mashadi di Banjumas tahun 1920 dan Ilmu Sedjati di Yogyakarta (h. 130). Yang patut juga disebut, yang mungkin menghilhami Geertz menulis bukunya Religion of Java (1960), adalah gerakan Islam-Abangan di Surakarta  yang dipimpin Ranawaskita dan Mangunatmadja (h. 131). Sementara pada gerakan Sarekat Elmu, yang dipimpin Hadji Nawawi, yang menarik dari sini adalah bagaimana sebagai seorang ulama ia juga memadukan unsur-unsur tradisi seperti ajian-ajian atau jimat-jimat, serta keberadaannya yang dikenal sebagai dukun (h.136-8). Pada gerakan Sarekat Elmu tidak ada pembatasan yang tegas antara doktrin Islam yang ketat dengan unsur nilai-nilai tradisional Jawa yang memunculkan sinkretisme dalam ideologinya.

Studi Sartono dalam buku ini menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam metodologi sejarah. Ia mempertegasnya lewat persilangan studi sosio-antropo-historis (h. 1). Pemakaian pendekatan yang multidisiplin ini menurutnya membuka wawasan yang lebih jelas dan luas atas berbagai masalah yang masih menunggu untuk diteliti. Masalah-masalah itu diantaranya adalah perubahan struktural masyarakat Jawa, pertarungan kekuasaan dan konflik dalam elite, penggunaan kepercayaan tradisional dan ideologi oleh pemimpin-pemimpin agama untuk menaikan daya genggam mereka, serta banyak lagi (h. 2). Oleh luasnya subject-matter dari aspek-aspek inilah, pendekatan yang multidisiplin menjadi pintu masuk yang tepat (h. 3).

Sebagai sebuah fenomena yang kompleks, studi gerakan sosial dalam hal ini gerakan petani di Jawa menurut Sartono tidak dapat dijelaskan dengan memuaskan jika terkunci pada satu faktor penentu semata. Biasanya para sejarawan convensional berkutat pada pada faktor ekonomi atau politik semata. Ditegaskan Sartono, hanya dengan kombinasi berbagai varian paradigma ilmu-ilmu sosial lain, kompleksitas penyebab sebuah gerakan petani tersebut dapat merangkum dan mengisahkan peristiwa yang sebenarnya terjadi.

Maka dari itu, untuk menguatkan perspektifnya ini, Sartono menekankan adanya faktor-faktor penentu lain, selain ekonomi. Faktor-faktor itu adalah hubungan patron-klien, politik, sosial, kondisi-kondisi ekonomi, kelembagaan, dan ideologi (h. 3).

Dalam menganalisis kasus gerakan protes petani Jawa dalam buku ini, Sartono lebih jelas menguraikan langkah-langkah tiga paradigma utama analisisnya. Pertama, dalam konteks paradigma antropologi politik. Dalam paradigma ini Sartono memfokuskan pada paradigma actor oriented untuk memahami proses-proses ekonomi, sosial, dan politik secara umum. Kedua, paradigma sosial, dimana ia menekankan pada solidaritas kelompok dan konflik; norma-norma, nilai dan perilaku yang membentuk dan menciptakan kondisi gerakan; karakter dari institusi sosial yang ada, dan peranan kelompok elite dalam mencapai kekuasaan. Di sini Sartono menitikberatkan perhatiannya pada bagaimana sistem nilai tradisional menolak perubahan sosial. Ketiga, dalam konteks paradigma sejarah, Sartono berusaha mengenali keunikan, kekhususan, atau kekhasan karakter peristiwa yang dianalisisnya dalam buku ini (h. 3).
[Bila suka dengan artikel ini silahkan klik salah satu iklan di halaman depan, gratis. Sangat membantu update blog ini. Terima kasih...]

0 comments:

Post a Comment