This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, October 23, 2012

Narasi Kepahlawanan: Yang Mitologis, Yang Historis II

Pahlawan historis Patung-patung para pahlawan dan nyanyian cinta tanah air hadir di pelosok-pelosok tempat di negeri ini; apalagi setiap hari nasional bersejarah seperti Hari Pahlawan, Peringatan Sumpah Pemuda, Proklamasi, peringatan 100 tahun tokoh-tokoh nasional, dan lain-lain. Namun setelah beberapa lama ia mengisi ruang jiwa yang hampa dan mulai kehilangan pengaruh di jiwa rakyat Indonesia. Ia telah menjadi “berhala” karena dimitoskan. Berhala sejarah. Dan berhala—bagaimanapun bentuk dan sifatnya—jelas  sebuah pemalsuan dan penipuan diri...

Narasi Kepahlawanan: Yang Mitologis, Yang Historis I

“Petualang-petualang sibuk menyusun sejarah hidupnya, menyulap dongeng menjadi kenyataan, seolah-olah merekalah yang paling berjasa dan karena itu minta dihargai.” (Soewardi Idris, 2008) Heather Sutherland, menulis “Meneliti Sejarah Penulisan Sejarah”, dalam Henk Schulte Nordholt, dkk (eds.), Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia (2008). Dijelaskan Sutherland, seiring menguatnya negara birokrasi di Eropa abad ke-19, muncul kecenderungan baru penulisan sejarah yang disebutnya, Sejarah Profesional Modern (SPM). SPM ini ditandai oleh...

Sunday, October 14, 2012

Local Newspapers and Violence in Indonesian Journalism (1965-1975)

This paperdiscusses about hidden violence in Indonesian journalism, particularly localnewspapers that published at Padang, West Sumatra, Indonesia. They are“Angkatan Bersenjata”, “Aman Makmur”, “Haluan”, and “Semangat”. In west Sumatra, they are one of many generate of violence with their news and articles about communist party and its follower’s organization. This paper calls it a verbal violence.  Their news and articles have gone down a lot of abhorrence into the communist, mainly on months before, the episode, and after The Movement...

Living in the Street: Mother Role dynamics in Matrilineal System in Minangkabau, West Sumatra 1997-2008

Minangkabau lived in self-supporting villages called nagari and large family houses, known as rumah gadang which were collectively owned and occupied by a matrilineal extended family unit called the kaum. The Minangkabau family unit consisted of all the relatives who were members of the matrilineal kaum. For Minangkabau families, matrilineal systems are social, and culture safety nets. This system also assurance and feed all families with tanah ulayat or customary land. Indonesian crisis called krismon (monetary crisis) in 1997 have changed...

Tuesday, October 9, 2012

Gerakan Protes di Rural Java Sartono Kartodirdjo IV

Sartono dalam buku ini selain menjelaskan paradigma ilmu-ilmu sosial apa yang ia gunakan. Ia juga menjelaskan bagaimana secara metodologis karya sejarahnya ini dibuat dan dipertanggungjawabkan. Ia membuatnya dalam beberapa rumusan masalah. Rumusan-rumusan masalah ini menurutnya untuk memudahkan melihat asal, perkembangan, struktur, dan hasil dari gerakan protes sosial itu. Untuk itu ia membaginya dengan; pertama, (seperti apakah) struktur ekonomi-politik di pedesaan Jawa pada abad ke-19 dan ke-20 itu; kedua, (apakah) basis massa dari gerakan...

Monday, October 8, 2012

Gerakan Protes Sartono Kartodirdjo III

Dari penjabaran empat tipe gerakan protes dalam buku Sartono, asosiasi pemimpin sebagai Imam Mahdi dan kemunculan Ratu Adil berkelindan dalam setiap gerakan protes yang terjadi. Ini misalnya tampak pada gerakan Tjiomas (h.31-2) atau Sarekat Islam lokal. Selain itu, yang tak kalah menarik adalah keberadaan gerakan Igama-Jawa Pasundan dan Sarekat Elmu. Dua gerakan ini memiliki perbedaan yang jelas dengan gerakan sekte atau tarekat Islam seperti Budiah, yang terkait dengan tarekat Islam, seperti Naqshbandiyah-Kidiriyah (h. 118). Dari segi nama, Jawa-Pasundan,...

Saturday, October 6, 2012

Gerakan Protes Sartono Kartodirdjo II

Dari pemerasan ke Sarekat Islam Lokal Secara temporal kajian Sartono ini mengambil kurun waktu dari tahun 1845 ketika terjadinya kerusuhan Tjikandi Udik (h. 22), di akhiri pada tahun 1935 ketika terjadinya Genuk Affair (skandal Genuk) di daerah Demak, Jawa Tengah (h. 59). Dalam riset yang tertuang dalam bukunya ini, Sartono memfokuskan pada hampir sebagian besar daerah-daerah di Jawa yang terkait dengan kebijakan kelonial akan tanah atau perkebunan. Diantara daerah-daerah yang menjadi areal kajiannya adalah Batavia, Bogor, Tjiomas, Banten, Tjirebon,Pemanukan,...

Friday, October 5, 2012

Gerakan Protes Sartono Kartodirdjo: Bagian I

Pengantar Tidak mudah bagi petani dimana pun sesungguhnya bergerak atau melakukan gerakan protes. Pandangan dunia mereka yang terbatas dan cenderung pasif mendorong sifat-sifat pasrah dan berlindung di balik alasan nasib atau kuasa-kuasa transenden pada setiap efek buruk yang menimpa mereka; misalnya banjir, tanah longsor, gagal panen karena berbagai sebab, serta himpitan politik lokal ketika terjadinya perang. Maka dari itu, munculnya fenomena gerakan petani yang meluas di kawasan Asia Tenggara—kawasan yang memiliki akar panjang pada sejarah...

Wednesday, October 3, 2012

Daina dari Koto Gadang

Judul Buku : Koto Gadang Masa Kolonial Penulis : Azizah Etek, Mursjid A.M, Arfan, B.R Penerbit         : LKiS, Yogyakarta, 2008 Tebal : 326 halaman “Dengan penuh harapan dan perasaan kami, pertimbangkanlah penghuni (perempuan) Koto Gadang ingin perubahan” (Petisi Hadisah, 6 Mei 1924) Daina adalah gadis perantau dari Koto Gadang di Medan. Luasnya pendidikan di daerah asalnya telah membawanya keluar dari nagari yang...

Tuesday, October 2, 2012

Hatta's Corner: Setia dalam Penantian, Sepi dalam kesendirian

Hatta Corner merupakan pusat koleksi pribadi Mohammad Hatta, wakil presiden pertama RI. Letaknya di lantai tiga pustaka pusat UGM, Yogyakarta. Ruangnya cukup luas dan nyaman. Sebuah foto besar Hatta terlihat menggantung di sisi kanan pintu masuk; tersenyum dan seakan mempersilahkan pengunjung menikmati kumpulan buku-buku yang dirawatnya sejak menjadi siswa MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau Sekolah Menengah Pertama) di Padang. Ada satu...

Sunday, September 30, 2012

From Children of Colonial to Founding Fathers of Republic: The Shaping of Colonial Society and Habitus in West Sumatra, Indonesia 1905-1942

For many years, study on colonial runs on two different paths in Indonesia. On the one hand it contains “the truth” of colonialism as a way to civilized Indonesian peoples in Netherlands East Indies. On the other hand, colonialism is categorized as ghost and the destruction way to restore the once glorious of the past of Indonesian society. In this side, decolonialization—different meaning to decolonization—has an echo sound for a decade. Interesting question on it following; what was the colonial state? It was true that the colonial state project...

Minangkabaunese’s Merantau: Imagined Identity through Conflict Between Darek and Rantau at West Sumatra Indonesia 1999-2009

Padang’s restaurant is one of the important pointer of the Minangkabaunese’s merantau to another area and abroad. The merantau itself can not be divided from their adat—is usually defined as that local custom which regulates the interaction of the members of a society—for many long times ago. Merantau is interdependent relationship or conflict of darek and rantau. The conflict itself is seen dialectically, as essential to achieving the integration of the society. The darek benefited from wealth and innovation brought in from rantau. The darek furnished...

Saturday, September 29, 2012

Hubungan Cina-Pribumi di Wilayah Pakualaman, Yogyakarta 1901-1902

Orang Cina di Pakualaman masa Paku Alam VI memiliki hubungan yang unik dengan penduduk pribumi. Keduanya sering terlibat transaksi yang saling menguntungkan, namun tak jarang berujung pada sengketa. Beragam sengketa dibawa ke Asisten Residen Yogyakarta yang kemudian diselesaikan di Pakualaman, di bawah kearifan Adipati Ario Paku Alam VI. Ada dua hal menarik dari hubungan Cina-Pribumi ini; sengketa di antara mereka, dan peran yang dilakonkan Asisten Residen vis a vis dengan Paku Alam VI. Sengketa antara orang Cina dan pribumi di Pakualaman...

KUANTITASI DAN MAKNA DALAM SEJARAH: Sebuah Catatan Atas Pembacaan

[edisi revisi John Tosh, THE PERSUIT OF HISTORY: Aims, methods and new direction in the study of modern history (Essex: Pearson Education, 2002)]Credo utama dari buku ini, sebagaimana ditulis Tosh adalah sejarawan perlu menghitung. Menghitung di sini tentu bukan dalam artian bagaimana angka-angka dipakai dalam kajian matematika atau fisika. Tapi seiring makin intensnya pertemuan teori sosial dan ekonomi menjelaskan masa lalu atau sejarah, maka para sejarawan mulai mempertimbangkan ukuran-ukuran kuantitas dalam mendukung metodologi penelitian mereka....

Wednesday, September 26, 2012

Bila Perempuan "Azan" di Mesjid FIB Unand: Emansipasi Perempuan di Rumah Tuhan?

Lantunan firman-firman Tuhan sejak pagi mengiring langkah civitas akademika Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas. Sudah dua hari ayat-ayat Tuhan itu dibacakan dengan merdu peserta "lomba" tilawatil Quran. Memang enak bila mendengar perempaun yang melantunkan itu. Namun dari kegiatan ini terselip juga pertanyaan. Sudah begitu rendahkah keberQuranan orang Minang yang katanya bersendi Al Quran ini dalam hidup? Sampai-sampai membaca Quran...

Tuesday, September 25, 2012

Internet for free

Malang nian nasib orang Indonesia yang berada di sisi antara kota dan desa. Mereka yang berada di garis batas. Dua kakinya terbelenggu dalam dua ranah yang saling tarik menarik. Satu tuntutan kemajuan tekonologi, satu lagi sunyi akan sentuhan teknologi informasi; salah satunya internet. Hasrat menggapai kemajuan dengan kemudahan akses tak dapat disalurkan. Jaringan masih lemot. Tool yang digunakan pun terbatas dan mahal. Entah kapan akan ada internet for free di negeri ini. Bila sudah, tentu akan lempang dan mudahnya masyarakat kita berinteraksi...

Keangkuhan Warga Kota dan Keluguan Rumi

Kota yang tidak ramah, sudah hampir satu tahun meninggalkannya. Orang-orang masih berjalan dengan keangkuhan masa lalunya yang gersang. Kemacetan, sumpah serapah di jalan, di pasar, tak mau membalas salam dan senyum dari seorang anak kecil sekalipun (kasihan Rumi yang menawarkan senyum tapi berbalas kecuekan, masih kecil tapi sudah (shock culture), kemarahan yang tak tahu kemana hendak dituangkan.Mobil-mobil yang garang, sepeda motor yang menerjang...

Cerita untuk RUMI

Setelah melihat foto-foto lama, mendengar/ menghadiri resepsi pernikahan kawan di kuliah dulu, dan apa yang kudapat hari ini, semuanya membuatku jadi bertanya-tanya. Rasa apa yang menyundul di ulu hatikku kini. Apakah romantisme masa lalu yang menggeliat, ataukah kepuasan menatap hari ini, atau gejolak gairah menatap masa depan? Entahlah, tapi satu hal pasti yang membuatku lebih optimis merenungi semua ini adalah rengekan anakkku Rumi di sebelahku. "Cepatlah dewasa Nak, ayahanda ingin banyak berkisah padamu tentang hari-hari depan yang...

Puisi untuk RUMI

Waktu itu kadang "musuh" bagiku, dan mungkin sebagian dari kita. Tak terasa, dulu anakku Rumi yang baru bisa mutar kepala pas tidur ke Yogya ini yang ketika melihat itu senangnya bukan main, kini sudah mulai lasak. Waktu telah membumbung dia begitu cepat, sementara kami masih terpesona setiap perubahan kecerdasan yang ia miliki tanpa menyadari ia telah "diculik" dari kami...Ah, betapa ingin ku reg ut kaki waktu yang berjalan cepat itu agar anak kami rumi masih tetap menjadi anak kami yang "bayi" itu. Tapi kalau pun bisa, apa kami tidak...

Let's begin!

Benarkah sejarah merupakan tabel-tabel kebodohan manusia masa lalu sebagaimana disinisi oleh Voltaire? Memang, yang paling bisa kita pelajari dari sejarah adalah manusia tidak pernah belajar dari sejarah. Keterpurukan ekonomi, konflik disertai kekerasan, vandalisme, segregasi etnik, ketidakadilan sosial, dan sebagainya seakan menjadi tapak-tapak waktu dalam tubuh-tubuh manusia dalam rentang waktu ratusan tahun. Sikap-sikap penghancuran peradaban...